Madiun.Panjinasionalnews.com.Dinas Pertanian Dan Perikanan Kabupaten Madiun yang dinakhodai Plt Kadin Ir Soejiono ,MT mengadakan kegiatan pengenalan Pestisida hayati yang ramah lingkungan dengan fasilitas penyemprotan melalui pemanfaatan teknologi drone.Kegiatan penyemprotan pestisida hayati dengan menggunakan teknologi drone ini dilaksanakan di wilayah persawahan Kelompok Tani Desa Tiron,Kec./Kab.Madiun.

Menurut Sekretaris Dinas Dispertakan Kab.Madiun Raswiyanto ,SH yang didampingi oleh beberapa Kabid seperti Kabid TPH : Supriyadi, SP, Kabid Kelembagaan dan SDM : Sepi Imam R, SP, M.Si dan Moch.Sholokin bahwa Pestisida hayati adalah pestisida alami yang dibuat dari organisme hidup (mikroba, tanaman, hewan) atau hasil ekstraksinya, yang berfungsi mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara spesifik dengan cara yang lebih aman dan ramah lingkungan daripada pestisida kimia, karena mudah terurai dan residunya tidak berbahaya. Pestisida ini juga dikenal sebagai pestisida biologis atau nabati, dan bisa berupa jamur, bakteri, virus, ekstrak tumbuhan (daun pepaya, sirsak), atau bahkan serangga predator.

Dimana Bahan dasar pestisida hayati adalah:
-Mikroorganisme: Jamur (Trichoderma), bakteri (BT), atau virus.
-Tanaman (Pestisida Nabati): Ekstrak daun, buah, biji, atau akar dari tanaman seperti sirsak, tembakau, atau neem (nimba).
-Hewan : Predator alami hama tanaman.
Menurut keterangan Kabid Pengawas Mutu Hasil Pertanian,Moch Sholikin,Keunggulan pestisida hayati antara lain :
-Ramah Lingkungan: Mudah terurai (biodegradable) dan tidak mencemari tanah, air, atau udara.
-Aman: Relatif aman bagi manusia, ternak, dan serangga berguna (predator).
-Selektif: Menargetkan hama atau penyakit tertentu tanpa membunuh organisme bermanfaat lainnya.
-Murah: Bahan baku mudah didapat dan bisa dibuat sendiri oleh petani.
Mengurangi Resistensi: Hama cenderung tidak mudah kebal terhadapnya.
Adapun Cara kerja pestisida hayati adalah :
*Memiliki senyawa yang bersifat racun atau menolak hama dan penyakit.
*Dapat mengganggu perkembangan telur, larva, atau reproduksi serangga.
*Bisa juga berfungsi sebagai pengusir, penghambat makan, atau bahkan perangkap hama.
Kekurangan:
Daya kerjanya relatif lambat bila dicampur dengan pestisida kimia dan tidak mematikan hama secara instan.

Terkait penyemprotan pestisida hayati menggunakan teknologi drone, Sekretaris Dispertakan Raswiyanto menjelaskan bahwa Penggunaan drone di pertanian Indonesia meliputi pemetaan lahan, pemantauan kesehatan tanaman (hama, penyakit, nutrisi), penyemprotan pupuk/pestisida presisi, hingga persemaian benih, yang semuanya bertujuan meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan dengan menghemat sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan. Teknologi ini membantu petani mengambil keputusan lebih tepat, mengatasi area sulit dijangkau, dan mengotomatisasi tugas, meskipun tantangan biaya awal dan regulasi masih ada. “Drone ini bisa terbang selama 10 menit dan membawa beban pestisida hayati 20 liter.Dimana ini setara dengan penyemprotan lahan pertanian seluas satu hektare”, jelas Moch.Sholikin.
Adapun Fungsi Utama Drone dalam Pertanian adalah :
-Untuk Pemetaan & Perencanaan: Membuat peta lahan presisi tinggi untuk perencanaan irigasi dan tata tanam optimal.
-Pemantauan Tanaman: Menganalisis pertumbuhan, kesehatan, dan mendeteksi masalah (hama, penyakit, kekurangan air) dari udara menggunakan sensor multispektral.
-Penyemprotan (Spraying): Aplikasi pupuk cair, pestisida, atau herbisida secara akurat dan merata, menghemat bahan kimia dan mengurangi paparan langsung bagi petani.
Penyemaian Benih: Mempercepat proses persemaian benih di sawah.
Pengawasan Irigasi: Mengukur kelembaban tanah untuk optimasi penyiraman.
Dan Manfaat bagi Petani adalah :
*Efisiensi & Produktivitas: Mengoptimalkan pengelolaan lahan, menghemat waktu, dan meningkatkan hasil panen.
*Penghematan Sumber Daya: Mengurangi pemborosan air, pestisida, dan pupuk.
*Pertanian Berkelanjutan: Mendukung praktik yang lebih ramah lingkungan dengan aplikasi bahan kimia yang lebih tepat sasaran.
*Aksesibilitas: Menjangkau area sulit seperti lereng curam atau lahan terpisah.
Dan Tantangan yang ada yang perlu diperhatikan adalah :
Biaya Awal: Harga drone dan perangkat lunak masih relatif mahal bagi sebagian petani.
Regulasi danĀ Keamanan: Perlunya kerangka kerja nasional yang jelas untuk penggunaan yang bertanggung jawab.
Keterampilan: Petani membutuhkan edukasi dan pelatihan untuk mengoperasikan dan merawat teknologi ini.(Warti).









